Salahsatu upaya diversivikasi pangan di bidang pertanian adalah penggunaan tepung dari umbi-umbian sebagai bahan tambahan atau pengganti tepung terigu. Salah satu diantara jenis umbi-umbian yang dibuat tepung adalah ubi jalar. Sebelum dikeringkan dan kemudian ditepungkan, ubi jalar terlebih dahulu diubah bentuk menjadi chips. Proses pengeringan pada umumnya terjadi dalam 3 periode, yaitu
Bahanserealia yang merupakan bahan utama pembuatan tepung terigu adalah Mapel Biologi, Jenjang Sekolah Menengah Pertama Jawaban: Gandum Penjelasan: Gandum adalah serelia yang biasanya digunakan untuk membuat tepung. Gandum merupakan serelia dari suku padi padian yang kaya akan karbohidrat Semoga membantu Pertanyaan Baru di Biologi Tuliskan tiga peristiwa alam yang terjadi akibat adanya
Berdasarkanhasil penelitian dapat disimpulkan bahwa warna mie ubi banggai yang disukai adalah perlakuan M0; dan tingkat kesukaan mie ubi banggai yang disukai adalah perlakuan M1; mie ubi banggai yang paling lunak adalah perlakuan M3. Kata kunci : tepung ubi banggai, tepung terigu, mie. Substitution Ubi Banggai Flour in the Production of Noodle
Jikapenasaran silahkan simak mengenai tahapan dalam membuat tepung terigu. Ukuran partikel tepung sebagai bahan pembuatan kue kering diinginkan ukuran tepung sekitar 80 mesh (sarofa, et al., 2011). Simpan tepung terigu dalam freezer terlebih dahulu 2. Download Gambar. Source: library.binus.ac.id. Tepung adalah partikel padat yang berbentuk
cara kirim al fatihah untuk orang yang masih hidup.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu terhadap karakteristik kimia biskuit. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pembuatan tepung ubi jalar ungu dan pembuatan biskuit. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok RAL non faktorial dalam pembuatan biskuit, yaitu perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000, 7030, dan 0100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 memiliki pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, total karbohidrat, total flavonoid, serat pangan total, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, AKG serat pangan biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 namun memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap kadar protein, kalori, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi hariannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 memiliki pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar abu, kadar protein, kadar lemak, serat pangan total, serat pangan larut, AKG serat pangan, kalori, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 namun memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air, total karbohidrat, dan serat pangan tidak larutnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia I N F O A R T I K E L Submit Perbaikan Diterima JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. , No. , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala KARAKTERISTIK KIMIA BISKUIT DARI TEPUNG UBI JALAR UNGU DAN TERIGU Yerika Putri*, Elisa Julianti, Ridwansyah Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan *Email yerika007 CHEMICAL CHARACTERISTICS OF BISCUIT FROM PURPLE SWEET POTATO FLOUR AND WHEAT FLOUR A FEASIBILITY STUDY Yerika Putri, Elisa Julianti, Ridwansyah The aim of this study was to determine the chemical characteristics of biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour. This research consisted of two steps purple sweet potato flour production and biscuits production. This research was using factorial randomized block design with one factor in the biscuits production ratio of sweet potato flour and wheat flour 1000, 7030 and 0100. The results showed that biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 7030 gave significant effect on their protein content, calories, calories per serving and daily energy intake compare to biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 1000. The results also showed that biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 7030 gave significant effect to biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 0100 on their water content, total carbohydrate and insoluble dietary fiber. Biscuit composition with the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 7030 had more differences in the chemical characteristics with biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 0100 rather than biscuits from the ratio of purple sweet potato flour and wheat flour of 1000 in the 5 % level. Purple sweet potato flour, wheat flour, chemical, calories and biscuit 1. PENDAHULUAN Biskuit adalah produk bakery kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa substitusinya, minyak/lemak, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional, 2011. Di Indonesia, jumlah konsumsi biskuit per kapita telah meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 2014 sampai tahun 2018 sehingga hal ini akan meningkatkan potensi impor terigu di Indonesia Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2019. Tingginya nilai impor gandum dari luar negeri mendorong usaha pemanfaatan tepung lain seperti singkong, talas, ganyong, dan ubi jalar untuk membuat biskuit Yadav, 2014. Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2018, di Indonesia rata - rata produksi ubi jalar per tahunnya adalah sekitar 175,55 kw/ha. Pada tahun 2016, rata - rata produksi ubi jalar di Sumatera Utara sendiri adalah 143,50 kw/ha. Rata-rata produksi ubi jalar di Sumatera Utara selalu meningkat dalam kurun 10 tahun terakhir dan pada tahun 2016 rata-rata produksinya mengalami peningkatan sebesar 6,81 kw/ha dibandingkan dari tahun 2015 Badan Pusat Statistik, 2017. Ubi jalar ungu mempunyai kulit berwarna ungu tua kehitaman, daging umbi berwarna ungu muda ke ungu tua, dan memiliki rasa yang manis. Hal ini dikarenakan ubi jalar ungu mengandung karbohidrat, serat pangan, antosianin, dan mineral seperti Ca dan Fe Woolfe, 1992. Menurut Zuraida dan Supriati 2001, karbohidrat dan serat pada ubi jalar cukup tinggi sehingga JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. , No. , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala kalorinya hampir sama dengan terigu. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan diversifikasi pembuatan biskuit dengan penggunaan tepung dari sumber daya lokal seperti tepung ubi jalar ungu untuk mengurangi jumlah impor gandum di Indonesia. Dalam penelitian Syarfaini et al., 2017, biskuit dibuat dengan perbandingan terigu dan tepung ubi jalar ungu sebesar 13, 11, dan 31. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar karbohidrat, zat besi, dan vitamin C yang paling baik adalah biskuit yang menggunakan perbandingan terigu dan tepung ubi jalar ungu 13. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu terhadap karakteristik kimia biskuit. 2. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan tepung ubi jalar ungu adalah ubi jalar ungu yang diperoleh dari Pakpak Bharat Sumatera Utara dan natrium metabisulfit. Bahan-bahan untuk pembuatan biskuit adalah terigu, tepung ubi jalar ungu, margarin, air, gula, garam, dan baking powder yang diperoleh dari pasar. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah asam sulfat 95-97 % Meck, kalium sulfat Merck, natrium hidroksida Merck, natrium tiosulfat Merck, asam borat Merck, heksan Merck, metil biru Merck, metil merah Merck, asam klorida Merck, fenol Merck, etanol Merck, aluminium klorida Merck, enzim termamyl Novozymes, enzim amiloglukosidase Novozymes, dan natrium nitrit Merck. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan tepung adalah slicer machine, disc mill, oven pengering, ayakan 80 Mesh. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan biskuit adalah mixer dan oven pemanggang. Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi sifat kimia tepung dan produk pangan adalah neraca analitik, sentrifus, soxhlet, hot plate, Kjeldhal apparatus, texture analyzer, spektrofotometer, dan peralatan gelas lainnya. Analisis data Perlakuan dalam pembuatan biskuit menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial berupa perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1= 1000, P2= 7030, dan P3= 0100. Biskuit yang dihasilkan dianalisa mutunya meliputi kadar air AOAC, 2012, kadar abu Sudarmadji, 1997, kadar lemak AOAC, 2012, kadar protein AOAC, 2012, total karbohidrat AOAC, 2012, total flavonoid Cahyanta, 2016, serat pangan total AOAC, 2012, serat pangan larut AOAC, 2012, serat pangan tidak larut AOAC, 2012, persentase angka kecukupan gizi AKG serat pangan, kalori, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian. Perbedaan setiap perlakuan dilihat dengan menggunakan uji t antara P1 terhadap P2 dan P2 terhadap P3. Pelaksanaan Penelitian Pembuatan tepung ubi jalar ungu Pembuatan tepung ubi jalar ungu mengacu pada literatur Syarfaini et al., 2017 dengan modifikasi. Pembuatan tepung ubi jalar ungu dilakukan dengan cara ubi jalar ungu disortasi, dicuci dan diiris dengan ketebalan irisan 2 mm menggunakan slicer machine sehingga diperoleh chips ubi jalar. Chips ubi jalar lalu dibungkus dalam kain saring, kemudian direndam dalam larutan natrium metabisulfit konsentrasi 2000 ppm selama 15 menit kemudian ditiriskan dan dicuci dengan air mengalir. Chips ubi jalar yang sudah diberi perlakuan selanjutnya dikeringkan dengan oven pengering bersuhu 55 °C selama 18 jam hingga chips kering yang ditandai dengan adanya bunyi gemerisik ketika chips dipatahkan dengan tangan. Chips yang sudah kering ditepungkan dengan menggunakan disc mill dan diayak menggunakan alat pengayak mekanis dengan ukuran ayakan 80 mesh. Tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan lalu dikemas dalam kemasan plastik polietilen sebelum digunakan. Pembuatan biskuit Pembuatan biskuit mengacu pada literatur Syarfaini et al., 2017 dengan modifikasi. Pembuatan biskuit dilakukan dengan cara menimbang tepung ubi jalar ungu dan terigu lalu dicampur sesuai dengan Tabel 1. Bahan-bahan lainnya seperti margarin, gula, garam, dan baking powder juga disiapkan dan ditimbang secara akurat sesuai Tabel 1. Bahan-bahan kering yaitu tepung, baking powder, dan garam diaduk dengan menggunakan mixer kecepatan rendah hingga homogen. Margarin dan gula diaduk hingga membentuk krim dengan menggunakan mixer. Campuran bahan kering dimasukkan ke dalam adonan krim lalu ditambahkan air dan diaduk dengan mixer kecepatan sedang hingga terbentuk adonan yang kalis. Adonan dibiarkan selama 15 menit pada suhu ruang, JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. , No. , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala lalu dibentuk menjadi lembaran dengan ketebalan 2-3 mm, dan dicetak berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm, diletakkan di atas loyang yang telah diolesi margarin, dipanggang dengan oven yang telah dipanaskan terlebih dahulu hingga suhunya 165 °C selama 15 menit. Setelah pemanggangan, biskuit didinginkan sampai suhu ruang, lalu dimasukkan ke dalam stoples kedap udara. Formulasi biskuit dari tepung ubi jalar ungu dan terigu yang dimodifikasi dari penelitian Syarfaini et al., 2017 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Formulasi biskuit ubi jalar ungu Keterangan Penambahan air bervariasi dikarenakan daya serap air terigu dan tepung ubi jalar yang berbeda sehingga kemampuan bahan untuk membentuk adonan yang kalis berbeda. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANOVA dan jika F hitung sama atau lebih besar dari F tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian uji t pada kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, total karbohidrat, dan total flavonoid biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 terhadap biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000, dan P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji t kadar protein biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 memberikan pengaruh berbeda nyata taraf 5 %. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 menggunakan terigu sebanyak 30 %, sedangkan biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 sama sekali tidak menggunakan terigu dalam pembuatan biskuit sehingga kadar protein biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 lebih rendah yaitu 1,912±0,080 % daripada biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 yaitu dengan kadar protein 2,348±0,234 %. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa uji t kadar air, kadar abu, kadar lemak, total karbohidrat, dan total flavonoid biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata taraf 5 %. Tabel 2. Karakteristik kimia biskuit dari tepung ubi jalar ungu dan terigu Keterangan Data terdiri dari 3 ulangan dan ± menunjukkan standar deviasi Perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu biskuit P1= 1000; P2= 7030; P3= 0100 * = berbeda nyata terhadap P2 dengan uji t taraf 5 % tn = berbeda tidak nyata terhadap P2 dengan uji t taraf 5 % Biskuit P3 tidak dilakukan pengujian total flavonoid dikarenakan dianggap tidak mengandung flavonoid Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji t kadar air biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 memberikan pengaruh berbeda nyata taraf 5 %. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030, penambahan air untuk pembentukan adonannya lebih banyak daripada biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 sehingga mempengaruhi kadar air biskuit. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa hasil uji t total karbohidrat biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 memberikan pengaruh berbeda nyata taraf 5 %. Hal ini dikarenakan tepung ubi jalar ungu mengandung serat yang lebih tinggi daripada terigu sehingga biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 memiliki total karbohidrat yang lebih tinggi daripada biskuit P3 biskuit JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. , No. , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata pada taraf 5 %. Hasil penelitian uji t serat pangan total, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, persentase kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 terhadap biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 dan P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Angka kecukupan gizi serat pangan, kalori, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit dari tepung ubi jalar ungu dan terigu Serat pangan tidak larut % Kalori per sajian kkal/ sajian Pemenuhan kecukupan energi harian % Keterangan Data terdiri dari 3 ulangan dan ± menunjukkan standar deviasi Perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu biskuit P1= 1000; P2= 7030; P3 = 0100 * = berbeda nyata terhadap P2 dengan uji t taraf 5 % tn = berbeda tidak nyata terhadap P2 dengan uji t taraf 5 % Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian uji t pada serat pangan total, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, dan angka kecukupan gizi AKG serat pangan biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dibandingkan dengan biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata taraf 5 %. Tabel 3 juga menunjukkan hasil penelitian uji t pada kalori, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dibandingkan dengan biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 memberikan pengaruh berbeda nyata taraf 5 %. Hal ini dikarenakan biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 mengandung serat pangan total yang lebih rendah daripada biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 sehingga kalori, kalori per sajian biskuit, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 lebih tinggi daripada biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000. Serat pangan merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia American Association of Cereal Chemist, 2001, sehingga semakin tinggi serat pangan maka kalori dan pemenuhan kecukupan energi hariannya semakin rendah. Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penelitian uji t pada angka kecukupan gizi AKG serat pangan total, serat pangan larut, kalori, kalori per sajian biskuit, dan pemenuhan kecukupan energi harian biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dibandingkan dengan biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata taraf 5 %. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa hasil penelitian uji t pada serat pangan tidak larut biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dibandingkan dengan biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 memberikan pengaruh berbeda nyata taraf 5 %. Hal ini dikarenakan serat pangan total biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 lebih rendah daripada biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan serat pangan larut biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 lebih tinggi daripada biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 sehingga diperoleh serat pangan tidak larut terigu yang lebih rendah daripada biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030. Menurut Spiller 2001, serat pangan larut merupakan karbohidrat yang akan cepat terfermentasi pada kolon bagian proksimal, sedangkan serat pangan tak larut walaupun sangat lambat terfermentasi akan lebih berperan dalam penghambatan kanker kolon karena fermentasi terjadi diseluruh bagian kolon terutama bagian distal. KESIMPULAN Pengujian dengan uji t biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. , No. , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala terigu 7030 terhadap biskuit P1 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 1000 menunjukkan keduanya berbeda tidak nyata dalam kadar lemak, kadar total flavonoid, kadar abu, kadar air, kadar serat pangan, AKG serat pangan, dan total karbohidrat namun berbeda nyata dalam kadar protein, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian pada taraf 5 %. Pengujian dengan uji t biskuit P2 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 terhadap biskuit P3 biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 menunjukkan keduanya berbeda tidak nyata dalam kadar lemak, kadar abu, kadar protein, kadar serat pangan, AKG serat pangan, kalori per sajian, dan pemenuhan kecukupan energi harian namun berbeda nyata dalam kadar air dan total karbohidrat pada taraf 5 %. Biskuit dengan komposisi perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 memiliki lebih banyak perbedaan pada karakteristik kimianya terhadap biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 dibandingkan dengan biskuit yang perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigunya 1000 pada taraf 5 %. Karakteristik kimia yang berpengaruh nyata akibat perbedaan komposisi biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 7030 dan biskuit dengan perbandingan tepung ubi jalar ungu dan terigu 0100 adalah kadar air dan total karbohidrat. DAFTAR PUSTAKA American Association of Cereal Chemist. 2001. The definition of Dietary Fibre. Journal of Cereal Foods World 46 1 112-126. AOAC. 2012. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists, Washington DC. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2019. Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan Seri 19 Tahun 2019. Badan Ketahanan Pangan, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2017. Data Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Jalar 2006-2016. Sumatera Utara. Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI-2973-2011. Syarat Mutu Biskuit. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Cahyanta, A. N. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi Secara Spektrofotometri. Para Pemikir 5 1 58 – 61. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2018. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Palawija di Indonesia tahun 2014-2018. Jakarta. Spiller, G. A. 2001. Handbook of Dietary Fiber in Human Nutrition. Third edition. CRC Press, New York. Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Syarfaini, M. F., Satrianegara., Alam, S., Amriani. 2017. Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu Ipomoea batatas L. Poiret sebagai Alternatif Perbaikan Gizi di Masyarakat. Al-Shihah Public Health Science Journal 9 2 138-152. Woolfe, J. A. 1992. Sweet Potato An Untapped Food Source New York. Cambridge University Press, Cambridge. ... dkk. [9], dimulai dengan sortasi dan pencucian, pembelahan, pengupasan kulit dengan dibuang kulit, lalu dilakukan pengirisan dengan slices machine, perendaman natrium metabisulfit 2000 ppm, penirisan, pengeringan dengan oven, pada suhu 55 0 C selama 18 jam. Setelah kering, dilakukan penghalusan dengan menggunakan blender dan pengayakan dengan menggunakan ayakan 80 mesh sehingga diperoleh tepung ubi jalar ungu yang halus. ...Riska Amelia Julianti ElisaMimi NurminahPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu dan penambahan xanthan gum terhadap mutu donat, dan untuk mendapatkan formula donat dengan campuran tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu dan penambahan xanthan gum yang dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor; pertama yaitu perbandingan tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu P P1= 100%0%, P2= 90%10%, P3= 80%20%, P3=70%30% dan P5= 60%40%. Faktor kedua yaitu xanthan gum G G1= 0%, G2= G3= Perbandingan tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, volume pengembangan, indeks warna, organoleptik warna, organoleptik rasa, organoleptik tekstur, deformasi, hardness, gumminess, dan springiness. Penambahan xanthan gum memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, volume pengembangan, indeks warna, organoleptik warna, organoleptik aroma, organoleptik rasa, organoleptik tekstur, deformasi, hardness, gumminess, dan springiness. Komposisi donat terbaik adalah perlakuan perbandingan tepung terigu dengan tepung ubi jalar ungu 80%20% dan penambahan xanthan gum yang memiliki antosianin sebesar mg/ SpillerDietary fiber is widely recognized as an essential element of good nutrition. In fact, research on the use of fiber in food science and medicine is being conducted at an incredible pace. CRC Handbook of Dietary Fiber in Human Nutrition, Third Edition explores the chemistry, analytical methodologies, physiological and biochemical aspects, clinical and epidemiological studies, and consumption patterns of dietary fiber. Featuring new chapters and tables, in addition to updated sections, the third edition of this popular book includes important information that has become available since the publication of the second edition. What’s new in the Third Edition? o Definitions and consumption of dietary fiber from 1992-2000 o A new chapter on the physical chemistry of dietary fiber o Updated dietary fiber values for common foods o New table Tartaric Acid Content of Foods o Coverage of non-plant food fibers, such as chitin and chitosan o An entire section devoted to the effect of whole grains, cereal fiber, and phytic acid on health o Discussion of the interaction of fiber and phytochemicals Quickly retrieve and understand current data with the book’s concise, easy-to-read tables and definitions. Covering all aspects of dietary fiber, including chemistry and definitions, analytical procedures, and basic physiological functions, the CRC Handbook of Dietary Fiber in Human Nutrition provides you with a unique collection of dietary fiber information unlike that found in any other Association of Cereal ChemistAmerican Association of Cereal Chemist. 2001. The definition of Dietary Fibre. Journal of Cereal Foods World 46 1 Perkembangan Konsumsi Pangan Seri 19 TahunBadan Ketahanan Pangan Kementerian PertanianBadan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2019. Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan Seri 19 Tahun 2019. Badan Ketahanan Pangan, Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi JalarStatistik Badan PusatBadan Pusat Statistik. 2017. Data Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Jalar 2006-2016. Sumatera Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi Secara SpektrofotometriA N CahyantaCahyanta, A. N. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi Secara Spektrofotometri. Para Pemikir 5 1 58 Luas Panen dan Produktivitas Palawija di Indonesia tahunRepublik Kementerian PertanianIndonesiaKementerian Pertanian Republik Indonesia. 2018. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Palawija di Indonesia tahun 2014-2018. Analisa Untuk Bahan Makanan dan PertanianS SudarmadjiSudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, F SyarfainiSatrianegaraS AlamAmrianiSyarfaini, M. F., Satrianegara., Alam, S., Amriani. 2017. Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu Ipomoea batatas L. Poiret sebagai Alternatif Perbaikan Gizi di Masyarakat. Al-Shihah Public Health Science Journal 9 2 138-152.
Kroket menjadi cara seru yang dapat diandalkan untuk mengubah suatu bahan jadi terasa maksimal. Itu juga bisa diterapkan apabila saat ini, kebetulan kamu sedang memiliki stok macam-macam ubi di bukan cuma singkong, ubi yang cenderung manis pun cocok untuk dimakan sebagai kroket. Makanya, simak dulu lima referensi olahan berikut sampai tuntas, biar kamu gak merasa penasaran Kroket ubi sederhana ilustrasi kroket ubi sederhana GervinkKroket ubi yang pertama masih tergolong simpel untuk dibuat, dan cocok sekali dalam melengkapi makanan pendamping sehari-hari. Namun makanan ini tidak diproses dengan menggunakan aneka isian tertentu, jadi olahan lebih pembuatan kroket bisa diawali dengan merebus ubi sampai lunak, biar lebih gampang dilumatkan. Setelah itu, tinggal campur adonan yang telah dibentuk pakai tepung terigu, telur, dan tepung roti. Kemudian goreng kembali sampai Kroket ubi isi abon ilustrasi kroket ubi isi abon berkreasi dengan ubi jalar, belum tentu makanan ini cuma bisa disandingkan bareng bahan manis juga. Sebab kamu tetap akan mendapatkan santapan lezat, walaupun komposisi yang digunakan punya sensasi pun berlaku ketika kamu hendak membuat kroket ubi yang memanjakan lidah ini. Isian dalam makanan bisa dikreasikan dengan menambahkan abon. Gak perlu ribet, cukup beli abon siap makan dan gunakan dalam adonan kroket Kroket ubi isi ayam wortel ilustrasi kroket ubi isi ayam wortel soal kroket, beberapa olahan tradisional biasanya menggunakan kentang dan wortel bareng suwiran ayam. Ini untuk membuat kroket jadi lebih warna-warni, baik itu dari segi rasa maupun demikian, rupanya perpaduan antara sayur-mayur bersama daging tersebut akan mampu bertransformasi menjadi filling nikmat, terutama ketika disandingkan dalam kroket yang terbuat dari ubi jalar. Baca Juga Resep Bola Ubi Keju, Camilan Simple yang Bikin Keluarga Bahagia 4. Kroket ubi ragout ilustrasi kroket ubi ragout Affandi LubisRagout tidak selamanya hanya bisa disandingkan bersama risoles. Lebih jauh lagi, makanan ini pun dapat mengubah kroket menjadi semakin terdepan dan kekinian. Terutama buat kamu yang sangat menyukai sensasi sajian lembut dan sendiri merupakan salah satu isian yang dibentuk menggunakan macam-macam bahan. Semisal ayam, wortel, hingga parmesan. Kemudian beberapa komponen perlu dimasak bareng saus susu UHT, untuk mendapatkan tekstur yang lebih pas bagi Kroket ubi ungu isi cokelatilustrasi kroket ubi ungu isi cokelat Jose CespedesBukan cuma ubi jalar yang mampu menghiasi meja makan dengan kenikmatan aromanya. Sebab makanan satu ini pun, sukses bikin kamu merasa ketagihan untuk mencobanya terus-menerus sampai dari beberapa santapan di atas, kroket yang dibuat menggunakan ubi ungu cenderung mendapatkan hasil akhir yang manis. Tidak heran, sebab isian yang digunakan adalah kombinasi terbaik atas penggunaan ubi adalah cara yang bisa diterapkan dalam proses pembuatan umbi-umbian populer ini, biar tambah nikmat. Gimana, apakah kamu sudah menentukan hendak membuat kreasi kroket yang mana? Baca Juga 12 Kreasi Olahan Ubi Paling Populer, Nikmatnya Bikin Ketagihan IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Web server is down Error code 521 2023-06-13 160856 UTC Host Error What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6b985bdaabd0bd • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Sepertinya Anda menggunakan alat otomatisasi untuk menelusuri situs web kami. Mohon verifikasi bahwa Anda bukan robot Referensi ID 9a2a06ac-0a04-11ee-80f6-536c4f517158 Ini mungkin terjadi karena hal berikut Javascript dinonaktifkan atau diblokir oleh ekstensi misalnya pemblokir iklan Browser Anda tidak mendukung cookie Pastikan Javascript dan cookie diaktifkan di browser Anda dan Anda tidak memblokirnya.
bahan tepung terigu yang dibutuhkan dalam pembuatan kroket ubi adalah